Bandung, The Temptation.. part 3 (Tragedi Kopi Jahat)

Bandung.. Sabtu malam.. langit cerah.. Sepertinya sudah tegar enggan menangis lagi..
Malam yang pas untuk bersendau gurau nan bersua dengan teman sambil menjelajahi kota silau namun sendu ini..

Kronologis kejadian :

6:30 setelah adzan berkumandang penuh dengan rintihan nan pilu

Brangkat dari rumah. Menuju paris van java bersama formasi lengkap keluarga. Maksud hati ingin melewati jalan yang ringkas, kira-kira 100 meter sebelum pintu masuk pvj, sekonyong-konyong petugas flamboyan berkostum coklat melambaikan tangannya ke sebelah kanan yang berarti “belok kanan” yang berarti aku harus muter lumayan jauh.. FYI tata lalu lintas bandung itu sungguh ribet nan kusut.segala perkembangan yang terjadi di kota yang menggoda ini tapi tidak diimbangi dengan tatalalu lintas yang baik pula. Kadang untuk menuju ke satu titik anda harus rela diputar-putar. keadaan pun menjadi lebih pelik. Sungguh cerminan birokrasi negara ini..
Eniwey..
Sampai lah di pvj. Dan ternyata sulit juga untuk mencari parkiran. Beruntung (yakin beruntung??) kita menemukan vallet service. Tinggal menyerahkan kunci, voila! meledak lah mobil anda.. Hehe
Akupun bertemu seorang teman. Lebih tepatnya.. seonggok tulang diselimuti daging, ditutupi kulit dan dikemas oleh baju dan celana..ya Sungguh sesederhana itu. Seperti apa yang ada didalam kepalanya. Adalah krisna. “woy apakabar kris? Oh. Sama siapa? Oh. Ngapain? Oh. Yaela! Sip Gw cabut dlu ya!”. ya seperti itu lah..
Lalu berkeliling-keliling ria lah diriku.. dan sosok yang sangat absurd, kelakuan maupun parasnya, menyeruak dari tengah keramaian. dengan senyuman sepenuh jiwa dan raga dipampangkan diwajahnya, seakan memaksa ku untuk melihat sesosok elok disebelahnya. sebab dari kebahagiaan yang tersirat dari parasnya.. mengingat masa-masa sebelumnya.. disaat sering Wajahnya bagaikan berkata “hubagopida”, “bosipokapdo”, “hobahoba”, atau terkadang wajahnya menyiratkan “makan baso pake sabun yuk!” atau berbagai kata-kata absurd yang tidak bermakna lain yang keluar dari dirinya. bahasa-bahasa tak terucapkan. wajah yang seakan mengajakmu ke sebuah suatu tempat yang muskil.. absurd.. terlebih-lebih kelakuannya.. Adalah anak dari kakak ayahku. yang nama panggilannya adalah hasil dari pengulangan kata yang akhirnya menjadi tanpa arti nan tanpa makna ‘Mamas…’ sekali lagi.. absurd..

11:00 ditengah hingar bingarnya malam

Ternyata vallet service tidak selalu membawa kemudahan. Sudah hampir satu jam menunggu mobil. namun tak jua kunjung rasa. Lalu muncul lah kalimat “jangan sampai pvj gw ganti dari paris van java jadi paris van bandung ni!!” kembali tidak bermakna..tapi diucapkan dengan penuh amarah, duka, dan nestapa..bagaikan sebuah kutukan yang semua orang boleh takut dan menjerit jika mendengarnya. Seorang krisna.. lidah dan otaknya seperti tidak pernah dipertemukan walau sekedar menyapa..
Dan berangkatlah kita, aku dan krisna. Keluargaku pulang menggunakan taxi. Sungguh anak yang sangat terpuji aku ini. Menuju satu tempat yang namanya sudah cukup menyiratkan keadaannya. Ujung berung. Untuk bertemu seorang gadis. Buah dari masa abu-abu. Teman seangkatan yang dirinya pun belum terangkat, karena kali ini seonggok tulang yang langsung ditutup oleh kulit (woy makan yang banyak apa neng!!). Kulitnya bagaikan tembus pandang. Langsung menembus ke tulang.. Putih.. Sudah semalam sebelumnya. Berkata dirinya terperangkap, tertambat,dan terdampar di tempatnya. Sudah 3 hari tapi hanya bisa menuju ke satu tempat di kota ini. Sendu. Bermaksud hati ingin sekedar menunjukan kota yang penuh godaan ini kepadanya.. tapi..
Jalan menuju rumahnya akhirnya menyiratkan alasan mengapa dia tertambat kokoh di kediamannya. ternyata Jauh.. Sampai lah kita. Dengan segala asa yang masih tertinggal dan Segala rasa yang ternyata masih membuat bibir ini menyunggingkan senyumnya.

(kira-kira) 11:45 tengah malam

Kendaraan solid namun rapuh ini sudah kembali menjilati aspal yang kejam ini.. membawa 5 manusia tanpa angan.
Lalu satu pertanyaan. hanya satu pertanyaan ringan. Sangat ringan bahkan lebih ringan dari udara. Langsung menguap setelah diucapkan..
Tapi sungguh dampaknya sangat dalam. Berjuta makna bagai tersirat dari hanya satu pertanyaan itu. Bagaikan diucapkan dengan penuh arti, dengan tatapan menerawang menembus segala makna.. Pertanyaan yang seolah akan menjadikan segenap hidup, jiwa dan raga harus merana karena menanggung segala dampak yang dibuatnya.. Sungguh rumit segala ini dibuatnya.. Tapi pertanyaan itu harus bergulir. Akan membawa segala macam rasa menuju sebuah keadaan yang akan di rindukan atau berjurang pada kesuraman tanpa dasar..
Tapi sekali lagi ini harus bergulir..
Maka bergulirlah..
“kita mau kemana?”

1:00 dini hari

Setelah segala percakapan alot yang dengan terpakasa harus dibeberkan oleh karena satu pertanyaan pelik itu. Yang sangat membuat diri jengah tak tertahankan karena menerima kenyataan betapa rumitnya keadaan yang terjadi karena buah dari pertanyaan itu.
“keatas trus gi.”, “keatas lagi.”
Sungguh seperti sebuah titik es ditengah gurun. Seperti embun yang menyejukan hati oleh keadaan yang teraniyaya ini..
Dikeluarkan oleh seseorang, hasil dari keadaan dimana sesuap nasi mengalir terus ke dalam perutnya. Sesuap namun seribu..kemakmuran jelas tergambarkan dari perawakannya sekarang. Adalah januar A.K.A. Bagen.
Sebuah tempat. Atau lebih tepatnya seonggok kayu yang disusun sedemikian rupa. Untuk menopang daging-daging berjalan yang selalu mengharap ini. Berharap pada suatu titik yang dapat membayarkan segala rasa yang telah teraniyaya ini.

2:00 dini hari

Takkan habis segala sumpah serapah yang mengalir dari mulut yang tak berbelas kasihan ini. Segala kejahatan dunia kuliner sepertinya termanifestasikan pada tempat ini. Sungguh sulit untuk dibicarakan akan ini. Gemerlap rendah kota bandung dibawah yang seakan-akan berharap untuk membuahkan bibir ini sebuah puja dan puji kepada Yang Tak Terbantahkan, menjadi tersingkir teracuhkan. capucino. Aku berandai apakah yang membuat mereka menamakan secangkir air sabun dicampur dengan tanah liat ini ‘capucino?’. Atau ‘waffle’. Apa yang menyebabkan sebuah lempengan biskuit yang aku jamin lebih enak dari biskuit ‘better’ yang dijual serampangan di setiap sudut warung-warung di segala kota ini bisa dinamakan ‘waffle’?? Atau makanan dan minuman ini. Apakah yang membuat mereka menamakan ****** (terlalu kejam) ini sebagai ‘makanan’ dan ‘minuman’??
Lalu seperti setiap keadaan yang teraniyaya lainnya. Kita pun dengan segenap jiwa dan raga berusaha membuat malam ini lebih berarti. Membuat segala keadaan ini lebih bisa untuk diterima sebagai suatu ‘peristiwa’ atau ‘kejadian.’ lalu bergulirlah permainan cetek namun cukup menguras otak. Tapi keadaan terlanjur sudah ternodai.. Sekali lagi, sungguh sulit untuk dibicarakan akan ini..

2:30 menjelang pagi

Tapi setidaknya kopi itu bisa membuat tubuh ini bereaksi karena segala kenistaannya. Dan Perut ini pun mules tak tertahankan. Kembali di kediaman temanku yang akhirnya bernama i2 shary. Tempat yang yang sangat ingin aku ubah namanya dari ‘ujung berung’ menjadi ‘dekat melekat’ agar lebih mengurangi dampak rasa yang ditimbulkan dari keadaannya. Lalu reaksi lain pun terkuak.. “oooeeeekkk!!!”, “ooeeeeekkk!!”, “aduh, mo muntah tapi g bisa keluar muntahnya..”
Adalah shary. Yang sayang sekali ternyata masuk angin adalah penyebabkan musibahnya. bukan karena dia melihat wajah nan memesona ini seperti yang kalian semua kira. Atau memilih untuk mengira. Haha..
Lalu aku pun menyusulnya untuk menumpahkan segala kenistaan dari tubuh ini. Berusaha menghilangkan mulesku.. Setelah tragedi hilangnya kunci, yang gadis ini dengan suksesnya membuatku hampir terjun bebas ke dalam keadaan yang tersulit dari hari ini.. Tapi aku rela jika itu bisa membayarkan ketiadaan yang dihasilkan malam ini..maaf yo sar!haha
Akupun bertolak untuk pulang.. Tapi ternyata kenistaan belum berpaling dariku. Masih dekat rumah temanku. Seorang pria bertubuh besar yang mati-matian membangun citranya sebagai tumpuan keamanan di daerahnya menghampiriku, dan dengan memaksa menawarkan aku pada keadaan yang sangat tidak aku inginkan. Aku dianggap mengganggu ketentraman warga disitu. Atau lebih tepatnya warga ‘lain’ disitu. absurd memang.. Dengan segala percakapan liar tak terarah pun keluar sudah. Tapi semua terhenti sampai aku menyebutkan tempatku bernaung. Jadi teman, beruntung aku ini tinggal di sebuah kawasan buah hasil propaganda orde baru. Kawasan militer. Yang lumayan mahsyur di seantero kota bandung, yang cukup membuat pria itu merubah perawakannya..tersenyumlah dia, maaf pun terucap.
Dan aku pun beranjak dengan indahnya. Pulang menuju pelukan kasur yang akan membelaiku. Menghapus segala gundahku..

4:30 matahari pun siap untuk menyeruak dari singgasananya

Subuh menjelang.
Akhirnya aku. Aku dan segala rasa ini. Aku yang akhirnya kembali diingatkan pada satu pegangan yang telah lama kusia-siakan. Sekarang aku kembali padanya. Aku kembali berpegang padanya satu hal yang memang tidak tersiratkan dari tulisan diatas. tapi dari percakapan akhir dengan temanku yang makmur itu..
Semoga aku kokoh berpegang padanya kembali..yeaaahh!

saat ini

Ternyata aku kembali kepada kesia-siaan..
haahahaha


Leave a comment